PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN PADA TERNAK SAPI/KERBAU DENGAN PALPASI REKTAL
2020-05-28 07:35:21
Oleh : Morina Dormasia, S.Pt
Pemeriksaan kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk mengetahui bunting atau tidaknya seekor ternak sapi/kerbau atau untuk mengetahui normal atau tidaknya saluran reproduksi saluran reproduksi ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan ini juga merupakan slah satu cara untuk memonitor dan membuktikan hasil Inseminasi Buatan secara cepat dan layak. Siklus birahi yang dipergunakan sebagai dasar diagnosa hasil IB adalah berkisar antara 28 s.d 35 hari. Pemeriksaan kebuntingan sebaiknya dilakukan setelah 60 hari pasca Inseminasi Buatan, dikhawatirkan terjadi keguguran. (Elzida,2013).
Pemeriksaan Kebuntingan (PKB) disamping untuk menentukan bunting tidaknya sapi/kerbau sedini mungkin juga untuk mengetahui adanya kelainan disaluran reproduksi yang dapat menjadi penyebab sapi/kerbau sulit bunting;
Salah satu teknik mendiagnosa kebuntingan ternak sapi/kerbau adalah dengan palpasi per-rektal. Palpasi per-rektal merupakan teknik yang paling sederhana, praktis, selain mudah prosedurnya juga mempunyai akurasi yang tinggi. Palpasi per-rektal didasarkan pada kondisi uterus, ovarium dan pembuluh darah uterus sapi/kerbau.
Gambar 1. Anatomi Reproduksi Betina
Dalam kegiatan pemeriksaan kebuntingan, petugas harus mendapatkan informasi tentang sejarah perkawinan (IB/KA) ternak, tanggal melahirkan terakhir, tanggal IB/KA dan bila di IB dilakukan berapa kali serta informasi terhadap setiap kondisi patologik dan penyakit yang pernah dialami atau terjadi pada saluran alat kelamin ternak kerbau yang bersangkutan. Catatan IB/KA dan reproduksi yang lengkap dari individu ternak sapi/kerbau sangat bermanfaat untuk penentuan kebuntingan secara cepat dan tepat.
Ternak sapi/kerbau yang akan diperiksa kebuntingannya diamankan dengan restrain di kandang jepit, menggunakan tali dan kayu/besi pada bagian belakang lutut kerbau untuk membatasi gerakan demi keamanan petugas lapangan; petugas lapangan memakai pelindung seperti sepatu bot; pakaian praktek lapangan berlengan pendek; sarung tangan plastik panjang (glove), dilumasi secukupnya dengan menggunakan sabun mandi atau pelumas lainnya (kuku harus potong pendek & tidak boleh memakai cincin). Melakukan pemeriksaan dengan tangan kiri atau kanan sesuai kebiasaan; masukkan tangan yang sudah diberi pelumas dengan posisi jari tangan dalam bentuk kerucut (dikuncupkan) saat dimasukkan kedalam rektum, digerakkan berputar ke kiri-kanan pada saat melewati lubang anus (sphinkter ani); sampai di rectum tunggu sampai tidak ada kontraksi, rektum dalam keadaan relaksasi, dikeluarkan faeses yang ada secara pelan-pelan;bila ada kontraksi cukup kuat, sampai punggung kerbau melengkung ke dorsal, upayakan untuk memijit tulang belakang kerbau untuk mengurangi kontraksi rectum; pada saat mengeluarkan faeses sebaiknya tangan tidak dikeluarkan dari dalam rektum agar rektum tidak mengembung. Kemudian jari tangan dikembangkan dan diturunkan kebawah sampai mengenai kornu uteri.
Gambar 2. Posisi Pemeriksa
Gambar 3. Posisi Tangan Gambar 4. Penampang lintang
perut sapi dilihat dari depan.
Lebih jelas langkah-langkah pemeriksaan per rectum:
Palpasi dimulai dari servik, kemudian ke depan ke kornu uteri kanan dan kiri;
Cari servik pada lantai ruang pelvis;
Telusuri uterus dan kornu uteri;
Perlu diperhatikan:
Periksa seluruh kornu uteri kanan dan kiri sebelum memberikan diagnosa bhw sapi kosong (tidak bunting).
Harus dapat diraba satu dari tanda positif kebuntingan sebelum menyatakan bhw sapi/kerbau tsb bunting.
Kalau hasil pemeriksaan ragu-ragu perlu dilakukan recek, beberapa minggu kemudian.
Hindari kekeliruan diagnosa, positif palsu maupun negatif palsu merugikan.
Rabaan uterus sapi/kerbau tidak bunting ditandai sebagai berikut:
Pada betina tua besar terkadang perlu retraksi uterus ke ruang pelvis.
Kornu uteri kanan-kiri kosong, relatif simetris.
Rumen uterus teraba tanpa isi.
Dinding uterus tebal.
Kedua kornu bisa teraba seluruhnya dan melengkung ke bawah dan ke belakang.
Jangan keliru dengan uterus sapi/kerbau pasca beranak yang belum involusi sepenuhnya.
Rabaan uterus sapi/kerbau bunting ditandai sebagai berikut:
Asimetri kornu uteri kanan dan kiri.
Penipisan dinding uterus.
Akumulasi cairan dalam uterus (kantong amnion).
Bentuk kornu uteri menjadi menggembung (salah satu kornunya).
Teraba kotiledon > 5 minggu.
Rabaan fetus yang mengapung (ballotement) dalam kornu uteri yang menggembung > 3,5 bulan.
Teknik pemeriksaan kebuntingan lebih lanjut dapat diraba sebagai berikut:
Traktus reproduksi sudah tidak dapat diretraksi.
Fremitus (desiran) arteria uterina media yang mengalami hipertrofi pada kebuntingan > 3 bulan. Arteria ini tergantung pada alat penggantung uterus. desiran seirama dengan denyut jantung induk.
Rabaan fetus atau bagian-bagianya. Ballotement (rabaan fetus yang mengapung).
Perkiraan umur kebuntingan sapi/kerbau:
Bunting 2 bulan
Asimetri kornu uteri.
Kantong amnion sebesar telur ayam kampung.
Penggelinciran selaput fetus.
Bisa diretraksi, dalam ruang pelvis.
Gambar 5. Kebuntingan 70 hari
Bunting 3 bulan
Asimetri kornu uteri.
Aantong amnion, sebesar telur angsa (diameter 15 cm).
Masih bisa diretraksi, dalam ruang pelvis.
Serviks mulai tertarik ke depan bawah.
Mulai teraba kotiledon.
Gambar 6. Kebuntingan 3 bulan
Bunting 4 bulan
Uterus makin tertarik ke depan, bawah.
Serviks terregang, bentuk memipih.
Kantong amnion sebesar bola sepak (diameter 30 cm).
Plasentoma semakin jelas teraba (sebesar kancing baju).
Fetus mulai dapat teraba (ballotement= bumping fetus).
Fremitus mulai teraba a. uterina media (kanan dan kiri)
Gambar 7. Kebuntingan 4 bulan
Bunting 5 bulan
Uterus makin masuk ke depan, bawah, pada sapi besar (> 500 kg) tangan tidak sampai keseluruhan uterus, hanya punggung uterus saja.
Serviks tertarik, bentuk memipih.
Plasentoma semakin jelas teraba
Fremitus jelas teraba a. uterina media (kanan dan kiri)
Gambar 8. Kebuntingan 5 bulan
Bunting 6 bulan
Uterus membesar, punggung uterus mudah diraba.